Wednesday, September 10, 2008

Anwar dan Masa Depan Politik Malaysia

Selasa, 02 September 2008 13:47 WIB
Anwar dan Masa Depan Politik Malaysia
Oleh Haris Mubarak Mahasiswa S-3 Ilmu Politik, Universiti Kebangsaan Malaysia

KEMENANGAN Anwar Ibrahim dalam pilihan raya kecil (pemilu lokal) Pematang Pauh, Pulau Pinang, 26 Agustus 2008 lalu, untuk menggantikan kedudukan Wan Azizah Wan Ismail yang mengundurkan diri dari parlemen, membuat politik Malaysia semakin panas. Namun, kemenangan Anwar dalam pemilu lokal ini bukanlah satu hal mengejutkan, mengingat sejak pemilu 1982 Anwar mampu memenangi kawasan tersebut.

Walaupun kemenangan Anwar bukan satu hal yang mengejutkan, pemilu Anwar kali ini adalah pemilu yang istimewa yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Karena ini adalah pemilu pertama Anwar bersama Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan pemilu pertama setelah sembilan tahun terbelenggu dalam larangan berpolitik praktis.

Ada tiga faktor utama kemenangan Anwar Ibrahim. Pertama, ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah Barisan Nasional semakin meningkat dengan naiknya harga bahan bakar minyak yang mencapai 40% pascapemilu Maret lalu yang mengakibatkan harga-harga barang merangkak naik. Keadaan ini diperburuk lagi dengan korupsi, kolusi, nepotisme, dan kronisme yang masih belum dapat diberantas oleh pemerintah. Strategi pemerintah untuk menarik hati rakyat dengan menurunkan harga minyak sebanyak RM29 sen menjelang pemilu tidaklah banyak membantu memulihkan image pemerintah di mata masyarakat.

Kedua, penjegalan terhadap langkah Anwar menuju parlemen dengan berbagai kasus seperti kasus sodomi yang dilakukan oleh Anwar Ibrahim pada bekas pembantunya, Saiful Bahri serta proses pemilihan yang dari awal dinilai berbau money politics, ancaman kepada pemilih, tidak jelasnya data pemilih dan sebagainya, telah semakin meningkatkan popularitas Anwar Ibrahim yang berada pada posisi teraniaya. Ini terbukti dengan keberhasilan Anwar menang mayoritas dengan kelebihan suara sebesar 15.671 dari wakil BN Datuk Arif Shah Omar yang hanya mendapat 15.524 ribu suara.

Ketiga, tumbuh suburnya media alternatif (internet) sebagai bentuk perlawanan dari media perdana yang dikuasai oleh pemerintah. Hasil penelitian Ahmad Nizam Sulaiman et al (2008) tentang media alternatif dalam pemilu di Malaysia menunjukkan bahwa partai pembangkang (oposisi) lebih banyak menggunakan media alternatif dibandingkan dengan partai pemerintah. Pada Pemilu 1999 misalnya, PAS paling banyak menggunakan cara ini untuk menyerang partai pemerintah dan akhirnya dapat menang di beberapa negeri. Namun pada Pemilu 2004, strategi PAS tidak banyak membantu, malah PAS hanya mampu menang di Kelantan. Pada Pemilu 2008 bulan Maret lalu, terjadi pertarungan media alternatif antara partai pemerintah dan oposisi. Namun, menurut Nizam (2008), partai oposisi lebih banyak menguasai wilayah ini. Pada pemilu lokal ini, media alternatif tetap dijadikan sebagai salah satu strategi partai oposisi untuk menandingi media pemerintah.

Masa depan politik Malaysia

Walaupun kemenangan Anwar dalam pemilu ini tidak mengubah kedudukan pemerintahan Barisan Nasional, pemerintah akan mendapat tekanan yang tidak hanya dari partai oposisi, tetapi lebih dari itu dari dalam partai itu sendiri. Kehadiran Anwar Ibrahim dalam parlemen akan semakin memperkuat kedudukan partai oposisi dan dapat mengakibatkan ketidakstabilan kabinet di dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi suara Barisan Nasional dan Pakatan Rakyat (gabungan partai oposisi) tidak jauh berbeda.

Dari dalam sendiri, kepemimpinan Abdullah Badawi, baik di pemerintahan maupun di partai politik akan terancam, mengingat bahwa pascapemilu yang lalu Abdullah Badawi didesak untuk mengundurkan diri karena kekalahan UMNO dan ini akan membawa perpecahan dalam partai itu sendiri. Akibatnya akan banyak elite politik yang melompat ke partai lainnya. Termasuklah isu bahwa Arif Omar yang baru bertanding melawan Anwar akan melompat ke partai oposisi walaupun itu dibantah keras oleh Omar sendiri.

Dengan demikian, kembalinya Anwar Ibrahim ke dalam arena politik praktis akan mengubah peta kekuatan politik Malaysia. Apabila pemerintahan Barisan Nasional tidak mampu membentuk pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, jalan Anwar menuju singgasana perdana menteri akan semakin terbuka.

Sumber: http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MjczOTQ=

1 comment:

Dori Efendi said...

Assalamualaikum

Kehadiran Anwar dalam politik Malaysia memang telah mewarnai proses demokratisasi di Malaysia. Kemenangan Anwar pada satu sisi memang telah merubah kekuatan peta politik Malaysia. Tetapi pada sisi lain tulisan Haris Mubarak ini kurang cukup untuk menjelaskan masa depan politik Malaysia hanya karena Anwar saja. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan politik yang terjadi di Malaysia seperti adanya soft intervention yang dilakukan oleh dunia internasional ke atas Malaysia yang bertujuan bukan hanya untuk kepentingan Malaysia saja, tetapi lebih dari itu untuk kepentingan dunia barat dalam memperkenalkan ideologinya iaitu kapitalisme. Dengan terbukanya demokrasi di Malaysia maka kapitalise akan semakin mengakar dalam negara Malaysia.

Waalaikum salam
Elang Sakti
aristho_78@yahoo.com)